Profil Desa Tanggeran

Ketahui informasi secara rinci Desa Tanggeran mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tanggeran

Tentang Kami

Jelajahi Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Banyumas, sebuah desa perbukitan dengan warisan seni Buncis yang langka dan inovasi agrowisata sutera liar. Temukan potensi ekonomi dari gula kelapa kristal dan kekayaan budaya yang mengakar kuat di tengah pema

  • Pusat Pelestarian Kesenian Langka

    Desa Tanggeran merupakan basis utama dari Kesenian Buncis, sebuah seni pertunjukan sinkretik yang menggunakan angklung berlaras slendro dan memiliki nilai sejarah sebagai media perjuangan.

  • Inovasi Agrowisata Sutera Attakas

    Desa ini tengah merintis destinasi wisata edukasi unik berbasis budidaya ulat sutera liar (Attacus atlas), sebuah program kolaboratif yang menjanjikan peningkatan ekonomi dan pengenalan ilmu hayati kepada masyarakat luas.

  • Sentra Pertanian Berbasis Kelapa

    Perekonomian desa secara historis dan aktual ditopang oleh pertanian, khususnya pengolahan nira kelapa menjadi gula kristal organik yang memiliki nilai jual tinggi dan menjadi andalan masyarakat.

Pasang Disini

Terletak di antara kontur perbukitan yang menjadi ciri khas Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Desa Tanggeran hadir sebagai sebuah kanvas sosial-budaya yang kaya warna. Jauh dari hiruk pikuk kota, desa ini menyimpan denyut nadi kehidupan yang bersumber dari warisan tradisi leluhur dan geliat inovasi ekonomi kreatif. Dengan potensi agrikultur yang terus dikembangkan dan kekayaan seni yang dijaga turun-temurun, Desa Tanggeran secara perlahan namun pasti memposisikan diri sebagai sebuah wilayah yang berdaya saing, berakar kuat pada budaya, namun dengan pandangan yang terbuka ke masa depan.

Desa Tanggeran, yang secara geografis berada di ketinggian 300 hingga 500 meter di atas permukaan laut, menawarkan pemandangan alam yang subur dan udara yang sejuk. Wilayahnya yang strategis, tidak terlalu jauh dari pusat kota Banyumas, menjadikannya sebagai salah satu medan perang gerilya pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949). Jejak sejarah ini membentuk karakter masyarakat yang tangguh dan adaptif. Kini, semangat perjuangan itu bertransformasi menjadi semangat membangun desa melalui berbagai sektor, mulai dari pertanian, UMKM, hingga pengembangan pariwisata rintisan yang unik dan berbasis kearifan lokal. Kata kunci seperti "Desa Tanggeran Banyumas," "wisata sutera Somagede," dan "kesenian Buncis" menjadi gerbang utama untuk mengenal lebih dalam pesona desa ini.

Sejarah dan Pemerintahan Desa

Sejarah Desa Tanggeran tercatat secara formal sejak tahun 1945, bersamaan dengan lahirnya Republik Indonesia. Kepala desa pertama yang tercatat dalam arsip sejarah ialah Bapak Resadiwirya. Pada masa-masa awal kemerdekaan, pemerintah desa turut andil dalam mendukung perjuangan mempertahankan kedaulatan, di mana kondisi geografisnya yang berbukit menjadi basis pertahanan yang menguntungkan bagi para pejuang.

Pasca-perang, desa menghadapi tantangan ketertinggalan infrastruktur dan ekonomi. Menjawab hal tersebut, pemerintah desa di masa lalu meluncurkan program "CENGKOPA," sebuah akronim yang mendorong para petani untuk menanam komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti Cengkih, Kelapa dan Kopi. Program ini menjadi fondasi bagi kultur agraris yang hingga kini masih menjadi tulang punggung perekonomian warga. Pembangunan infrastruktur krusial seperti jalan utama yang menghubungkan desa dengan kantor kecamatan dan pasar di Banyumas baru terealisasi pada tahun 1977, diikuti pendirian Sekolah Dasar Inpres antara tahun 1975-1978, yang membuka akses pendidikan lebih luas bagi generasi muda.

Saat ini, pemerintahan Desa Tanggeran dipimpin oleh Kepala Desa Rawan. Di bawah kepemimpinannya, desa terus berbenah. Salah satu pencapaian signifikan ialah peresmian balai desa baru pada Januari 2020, yang menjadi pusat pelayanan administrasi dan kegiatan masyarakat. Pemerintah desa aktif menjalin kemitraan, seperti yang terlihat dari berbagai program pemberdayaan dan musyawarah desa yang melibatkan partisipasi aktif warga. Mengacu pada data Kecamatan Somagede, Desa Tanggeran merupakan salah satu dari sembilan desa di wilayah administratif tersebut, dengan kode Kemendagri 33.02.09.2001. Keberadaan situs web desa resmi (tanggeran-somagede.desa.id) juga menunjukkan adanya upaya transparansi dan adaptasi terhadap teknologi informasi dalam tata kelola pemerintahan.

Potensi Ekonomi: Dari Gula Kristal Hingga Kepompong Emas

Perekonomian Desa Tanggeran didominasi oleh sektor pertanian dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Warisan program CENGKOPA, khususnya kelapa, terus menjadi komoditas andalan. Mayoritas penduduk petani berprofesi sebagai penderes nira kelapa yang diolah menjadi gula jawa atau gula kristal. Gula kristal, atau yang populer disebut gula semut, menjadi produk unggulan karena memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan pasar yang lebih luas. Berbagai kelompok tani, salah satunya "Manggar Buana," aktif dalam produksi ini, meskipun menghadapi tantangan dalam hal standarisasi dan penggunaan bahan pengawet alami untuk menjaga kualitas nira.

Terobosan paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir ialah pengembangan wisata edukasi sutera liar dari ulat Attacus atlas. Bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Pemerintah Desa Tanggeran secara serius menggarap potensi ini. Pada tahun 2023, pemerintah desa bahkan mengalokasikan dana desa sebesar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta untuk pengembangan wisata edukasi ini. Program ini tidak hanya bertujuan menciptakan destinasi wisata baru yang unik, tetapi juga memberdayakan masyarakat melalui pelatihan pemintalan benang dari kepompong hingga menjadi produk kain tenun sutera yang bernilai jual tinggi.

"Kami serius untuk pembangunan wisata edukasi sutera attakas ini. Pohon mahoni sebagai media untuk ulat sutera sudah ditanam di lahan di belakang komplek kantor desa," ujar Kepala Desa Tanggeran, Rawan, dalam sebuah kesempatan. Inisiatif ini dipandang sebagai sebuah langkah cerdas dalam memanfaatkan sumber daya alam lokal untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Kehadiran wisata edukasi ini diharapkan dapat menarik pengunjung, membuka lapangan kerja baru, dan menjadi ikon baru bagi Desa Tanggeran.

Kekayaan Budaya: Gema Angklung Kesenian Buncis

Salah satu identitas terkuat dan paling membanggakan dari Desa Tanggeran ialah keberadaan "Kesenian Buncis." Seni pertunjukan ini tergolong langka dan menjadi warisan budaya tak benda yang terus dijaga oleh masyarakat setempat. Buncis merupakan sebuah ensambel musik yang didominasi oleh alat musik angklung berlaras slendro, dipadukan dengan gong bumbung, kempul, dan kendang. Para pemainnya, yang berjumlah sekitar delapan orang, menari sambil memainkan angklung, menciptakan sebuah harmoni gerak dan nada yang khas.

Menurut berbagai sumber, Kesenian Buncis memiliki makna filosofis dan historis yang mendalam. Ia bukan sekadar hiburan, melainkan juga representasi dari perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di masa lalu. Gerakannya yang sederhana namun ritmis menyimpan simbol-simbol perjuangan. Selain itu, pada masanya, kesenian ini juga berfungsi sebagai sarana ekonomi, di mana para seniman akan melakukan mbarang atau mengamen dari desa ke desa untuk mencari nafkah.

Kini, Kesenian Buncis dari Desa Tanggeran sering diundang untuk tampil dalam berbagai acara budaya di tingkat kabupaten. Upaya pelestarian terus dilakukan, baik melalui pewarisan kepada generasi muda maupun dokumentasi oleh lembaga seperti Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas. Keberadaannya menjadi daya tarik budaya yang otentik, menawarkan pengalaman yang berbeda bagi siapa saja yang mengunjungi desa ini.

Demografi dan Fasilitas Sosial

Berdasarkan data kependudukan terakhir, Kecamatan Somagede memiliki populasi sekitar 39.000 jiwa. Meskipun data spesifik untuk Desa Tanggeran dari sensus terbaru sulit diakses, data historis menunjukkan desa ini dihuni oleh ribuan jiwa. Data BPS tahun 2014 mencatat populasi Desa Tanggeran sebanyak 4.086 jiwa, terdiri dari 2.065 laki-laki dan 2.021 perempuan. Dengan asumsi pertumbuhan penduduk yang moderat, diperkirakan populasi saat ini masih berada di kisaran angka tersebut. Kepadatan penduduk di desa ini tergolong tidak terlalu tinggi, mencerminkan karakteristik wilayah pedesaan dengan lahan pertanian yang masih luas.

Dalam hal fasilitas, Desa Tanggeran terus mengalami perkembangan. Untuk layanan kesehatan, warga dapat mengakses Puskesmas Somagede yang melayani seluruh desa di kecamatan. Berbagai program kesehatan seperti vaksinasi dan musyawarah masyarakat desa (MMD) untuk gaya hidup sehat secara rutin dilaksanakan di balai desa. Di sektor pendidikan, selain Sekolah Dasar Negeri yang telah berdiri sejak era Orde Baru, masyarakat juga dapat mengakses jenjang pendidikan menengah di SMP Negeri 2 Somagede yang berada di level kecamatan. Kehadiran lembaga pendidikan dan fasilitas kesehatan ini menjadi penopang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Tanggeran.

Sebagai penutup, Desa Tanggeran di Kecamatan Somagede, Banyumas, merupakan contoh nyata sebuah desa yang berhasil memadukan kekayaan masa lalu dengan visi masa depan. Dengan pilar ekonomi yang bertumpu pada pertanian inovatif seperti gula kristal dan sutera liar, serta pilar budaya yang kokoh melalui pelestarian Kesenian Buncis, desa ini memiliki fondasi yang kuat untuk terus maju. Bagi para pencari pengalaman otentik, penggiat budaya, maupun pemerhati pengembangan masyarakat, Desa Tanggeran menawarkan sebuah narasi yang inspiratif tentang semangat, kearifan, dan daya juang komunitas lokal di tengah perubahan zaman.